Pendekatan Video for Change
- Praktik yang pertama menggunakan pendekatan bottom-up atau perubahan dari akar rumput. Dengan pemahaman mendalam akan konteks lokal, seorang praktisi Video for Change tidak mengusut masalah atau konflik secara terpisah, atau mengejar capaian jangka pendek (seperti membuat video populer atau viral). Akan tetapi, para praktisi mengusahakan capaian jangka panjang yang mengacu pada perubahan sosial yang positif dan berkelanjutan.
- Praktik yang kedua lebih menekankan pada pemahaman yang luas dan menyeluruh tentang dampak. Para praktisi Video for Change menggali secara mendalam, bagaimana keseluruhan proses produksi dan distribusi dapat memengaruhi kehidupan orang-orang. Juga, bagaimana proses dan konten ini dapat mendorong bentuk keterlibatan yang lebih mendalam lewat kampanye, isu, atau gerakan sosial.
Video for Change mempertimbangkan isu kekuasaan, partisipasi dan inklusi, akuntabilitas, dan keselamatan serta keamanan dalam mendesain dan mengevaluasi dampak dari sebuah inisiatif video. Pertimbangan-pertimbangan inilah yang membentuk inti utama dari toolkit ini dan dapat dieksplorasi lebih lanjut dalam Nilai dan Metode.
Tabel di bawah ini berisi penjelasan umum tentang berbagai pendekatan Video for Change yang telah kami identifikasi. Tabel ini menyajikan berbagai pendekatan secara terpisah. Namun, konsep pendekatan-pendekatan ini sesungguhnya seringkali berubah dan tumpang tindih. Dimungkinkan pula untuk menggunakan beberapa pendekatan ini secara bersamaan.
Tabel ini mengembangkan rincian asli Tanya Notley tentang Pendekatan Video for Change.
Pendekatan Video for Change dan Konteks Historisnya |
Nilai utama/karakteristik |
Video Komunitas, Partisipatif, dan Akar Rumput
Inisiatif video yang berbasis komunitas, partisipasi, dan akar rumput telah berkembang beberapa dekade ini. Banyak asosiasi, serikat buruh, komunitas, dan kelompok masyarakat sipil maupun organisasi non-pemerintah (LSM) telah menggunakan video untuk menantang wacana-wacana dominan yang diusung media mainstream. Video-video ini dibuat lewat inisiatif yang berasal dan mengacu pada topik spesifik di sebuah komunitas, seperti hak-hak gender, kesehatan masyarakat, penggusuran, pendidikan, dll. Pendekatan ini menempatkan kamera di tangan orang-orang yang terkena dampak isu-isu tersebut, sehingga suara, cerita, dan sudut pandang mereka dapat didengar. |
|
Video Dokumenter Sosial
Istilah dokumenter diperkirakan tercetus pertama kali oleh John Grierson, seorang pembuat film asal Skotlandia di tahun 1926, saat mengulas sebuah film non-fiksi. Dia meyakini bahwa film dokumenter adalah media penyebaran informasi yang sangat menjanjikan dan paling baik digunakan sebagai alat untuk menggugah kesadaran serta keterlibatan masyarakat biasa mengenai berbagai isu sosial. Biaya pembuatan film yang semakin terjangkau kemudian memungkinkan berbagai film dokumenter sosial untuk mencakup hampir setiap masalah sosial. Beberapa film dokumenter ini bahkan telah mengubah cara kita memandang, memahami, dan merespons dunia sekitar kita. |
|
Video Advokasi
Istilah ‘video advokasi’ sudah digunakan pada 1980-an. Pada saat itu akses ke kamera jauh lebih murah, lebih portabel, dan karenanya lebih mudah diakses. Video advokasi menekankan penggunaan video untuk ‘berbicara’ dan memengaruhi kekuatan. Seringkali tujuannya adalah untuk perubahan politik maupun kebijakan. |
|
Komunikasi untuk Pembangunan dan Komunikasi untuk Perubahan (di mana video digunakan)
‘Komunikasi untuk Pembangunan’ dan ‘Komunikasi untuk Perubahan’ telah digunakan oleh sejumlah organisasi internasional dan badan-badan PBB sejak 1960-an. Mereka menjadi lebih lazim pada dekade-dekade berikutnya. Istilah-istilah ini biasanya merujuk pada praktik di mana masyarakat lokal didukung untuk menginformasikan dan mengkritik wacana dan proses pembangunan. |
|
Video Jurnalisme Warga
Meningkatnya aksesibilitas internet, telepon seluler yang dapat merekam gambar berkualitas baik, dan alat rekam video murah telah menyebabkan perubahan dramatis dalam produksi dan distribusi video oleh warga biasa. Istilah ‘jurnalisme warga’ biasanya mengadopsi standar jurnalistik dasar dalam konteks non-profesional. Jurnalisme warga seringkali mendukung warga lokal untuk membuat dan mengomentari berita lokal dan isu terkini. Karena pendekatan ini sering melibatkan orang-orang yang baru mengenal media, penekanan khusus pada etika seringkali masih diperlukan. |
|
Video Kesaksian
Meluasnya penggunaan istilah ‘saksi warga’ dimulai setelah peristiwa politik/sosial besar, seperti serangan teroris Menara Kembar tahun 2001 di New York, pemberontakan rakyat Burma (Revolusi Saffron) pada 2007, dan ‘Revolusi 25 Januari’ yang terjadi di Alun-alun Tahrir Kairo pada 2011. Pada setiap kejadian, foto maupun video yang diambil warga menjadi sumber yang paling banyak dilihat sekaligus simbol dari peristiwa tersebut. Saat ini, video kesaksian/saksi sering digabungkan oleh media mainstream maupun media alternatif, dan seringkali diambil langsung pertama kali dari media sosial. Istilah video saksi juga digunakan oleh LSM dan kelompok berbasis hak sebagai bentuk pengumpulan bukti. |
|
Pencerita/Pendongeng Digital
Pelopor pendongeng digital, Joe Lambert, menggambarkan pendekatan pembuatan video ini sebagai “menceritakan kehidupan, menciptakan komunitas”. Sejak 2003, proyek penceritaan digital telah berkembang di seluruh dunia. Sangat sering mereka berbagi format video pendek (2-5 menit) dengan panduan pelatihan terstruktur yang memungkinkan pendongeng non-profesional untuk membuat ‘film mini’ pribadi mereka sendiri. |
|
Meme video yang berfokus pada perubahan, remix, mashups, dan koleksi yang dikuratori
Peningkatan akses ke internet, jaringan jalur lebar (broadband) dan software pengeditan video, dan juga literasi digital telah mengubah cara orang terlibat dengan konten video online. Bukti saat ini menunjukkan remixing dan kurasi konten video yang ‘ditemukan’ online semakin populer di beberapa negara, terutama di kalangan anak muda. Beberapa remix tentang perubahan sosial dilihat oleh jutaan orang dengan cepat. |
|
Video Interaktif
Ini adalah jenis video yang mendukung interaksi pengguna dengan konten video, dengan menggunakan fitur yang dapat diklik pada berkas video. Ini memungkinkan Anda untuk melakukan suatu tindakan. |
|
Media Imersif
Meskipun tidak secara teknis disebut ‘video’ ( dua dimensi dan dilihat secara pasif dari ‘luar’), penting bagi pembuat video untuk memahami kemampuan media imersif, karena jenis media ini telah mendapatkan tempat di ranah dongeng untuk perubahan sosial selama dekade terakhir. Media imersif menciptakan ilusi yang seolah nyata melalui simulasi. Ada banyak jenis media imersif, meskipun saat ini yang paling umum digunakan dalam gerakan perubahan sosial adalah dalam bentuk virtual reality (VR) dan augmented reality (AR). VR adalah simulasi gambar atau lingkungan 3D yang dihasilkan komputer, untuk menciptakan pengalaman yang seolah-olah “nyata” dengan menggunakan peralatan elektronik khusus, seperti headset. AR adalah konten virtual yang dapat dialami dan berinteraksi di dunia nyata, seperti gambar digital yang ‘keluar’ dari objek nyata. |
|
Pengarsipan Video
Pengarsipan video memiliki sejarah panjang dalam konteks arsip suara dan video nasional, atau perpustakaan berbasis komunitas. Koleksi-koleksi ini terkadang mendukung koleksi khusus yang berfokus pada perubahan sosial. Pengarsipan dan kurasi video meningkat seiring dengan meningkatnya konten video dan akses ke konten tersebut, juga termasuk meningkatnya kapasitas video hosting online. Misalnya, banyak koleksi dapat ditemukan di situs video yang besar seperti YouTube melalui kanal atau penggunaan tagar yang strategis. Inisiatif lain membuat situs web mereka sendiri untuk mengelola koleksi arsip ini. |
|
Sejarah Lisan/Testimoni
Praktik penceritaan kembali dan pencatatan sejarah lisan sudah dilakukan sepanjang sejarah manusia. Teknologi video yang semakin murah serta perkembangan internet telah memungkinkan sejarah lisan ini untuk direkam, ditemukan, dan dikategorikan lewat peralatan digital. |
|