Manajemen Risiko

Pembuatan dan pendistribusian video dapat membawa risiko baru yang signifikan bagi partisipan dan komunitas yang rentan. Ini juga dapat meningkatkan risiko-risiko lain.

Risiko didefinisikan sebagai:

  • Paparan terhadap bahaya
  • Kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak menyenangkan atau tidak diinginkan
  • Kemungkinan terjadinya sesuatu yang membahayakan sebagai akibat dari inisiatif video Anda.

Risiko mencakup:

  • Ancaman — apa pun, siapa pun, atau kejadian mana pun yang dapat mengakibatkan efek negatif
  • Kerentanan — suatu kekurangan atau kelemahan yang dapat membuat suatu ancaman menjadi kenyataan, atau kemungkinan dimana suatu ancaman akan terjadi
  • Dampak — (dalam konteks ini) tingkat keseriusan efek negatif tersebut
  • Kapasitas — kekuatan daya yang ada, yang memungkinkan Anda untuk meminimalisir kemungkinan suatu ancaman terjadi.

Risiko-risiko di atas ini bervariasi tergantung konteks dan tujuan. Namun, risiko tersebut dapat disebabkan oleh tidak adanya komunikasi dengan partisipan inisiatif Anda mengenai pilihan untuk tetap anonim, atau tidak adanya perencanaan penyimpanan rekaman yang aman, atau lewat pengiriman maupun penerimaan dokumen digital.

Inisiatif Anda juga dapat menyebabkan risiko nama baik subjek, atau risiko penolakan dari suatu komunitas jika tujuan dan harapan tidak dikomunikasikan secara menyeluruh. Sebaliknya, jika tujuan, strategi, dan prosesnya terbuka untuk semua pihak, maka Anda mungkin memaparkan diri dan komunitas yang terlibat pada risiko juga.

Dalam situasi yang berisiko tinggi, Anda harus mengembangkan rencana manajemen risiko yang koheren untuk meminimalkan bahaya bagi diri Anda sendiri, tim Anda, komunitas tempat Anda bekerja, dan semua orang yang terlibat dalam inisiatif Anda. Anda juga perlu menyeimbangkan kebutuhan akan transparansi dengan kebutuhan akan keamanan.

Paling tidak, Anda harus memastikan bahwa Anda tidak memperumit isu yang ingin Anda atasi dengan video inisiatif Anda.

Studi kasus di bawah ini memberi contoh pengelolaan risiko yang muncul dari inisiatif video Suster Apung. Sosok Rabiah (tokoh utama) yang cukup masif dipublikasikan, dilibatkan dalam video kampanye politik tanpa sepengetahuan atau persetujuan darinya.

Cerita Dampak: Suster Apung

The Floating Nurse/ Suster Apung telah membangkitkan masyarakat Indonesia dari ilusi tentang akses pada fasilitas kesehatan layak di Indonesia. Video ini menunjukkan kondisi fasilitas kesehatan yang sangat buruk khususnya di daerah pulau-pulau terpencil Indonesia, sekaligus bagaimana seorang suster berkontribusi membawa perubahan.

Judul: Suster Apung (The Floating Nurse)

Tahun: 2006

Dibuat oleh: Arfan Sabran, Suparman Supardi (Eagle Awards Documentary Competition 2006)

Isu/tema: Pelayanan kesehatan di pulau-pulau terpencil

Tujuan video: Untuk mengingatkan warga Indonesia bahwa bekerja dengan tulus akan selalu memberi jalan walau dalam keterbatasan sekali pun.

Dampak yang diraih: Subjek cerita menjadi “champion”. Menayangkan film lewat media broadcast (siaran) dengan program khusus dokumenter.

Metodologi: Dokumenter pendek

Anggaran: Sekitar 300 juta rupiah

Durasi video: 15 menit

Durasi proyek: 1,5 tahun (pengembangan cerita, produksi, pascaproduksi, dan distribusi)

“Saya harus mengambil risiko apa pun untuk menyelamatkan pasien saya di pulau.” – Rabiah, 2006

Latar Belakang Film

Pada tahun 2004, dua tahun sebelum produksi, Arfan (sutradara) mengikuti satu penelitian kusta (lepra) di Kepulauan Liukang Tangaya. Kepulauan itu berada di tengah-tengah Laut Flores. Untuk mengakses pulau itu, Arfan dan tim peneliti kusta harus berlayar selama 24 jam dengan menggunakan kapal kayu tradisional. Saat itu, Rabiah menjadi bagian dari tim yang bertugas menghubungkan para peneliti dengan masyarakat. Rabiah adalah kepala puskesmas di kepulauan terpencil itu dan sudah sekitar 32 tahun bertugas di sana.

Itulah kali pertama Arfan berlayar dan baru menyadari ketimpangan pelayanan kesehatan di pulau-pulau terpencil di Indonesia. Masyarakat pulau yang jauh dari akses rumah sakit, tidak ada dokter, dan tidak ada sarana transportasi yang cepat jika terjadi hal-hal yang buruk. Sementara pulau-pulau mereka dikelilingi oleh laut yang tinggi gelombangnya, mencapai lima meter atau lebih.

Tahun 2006, akhirnya kisah tentang Rabiah yang bertugas di kepulauan terpencil diproduksi setelah lolos menjadi salah satu dari lima proyek finalis Eagle Awards Documentary Competition. Film dokumenter itu kemudian diberi judul Suster Apung dan ditayangkan secara nasional di MetroTV. Cara bertutur Rabiah dalam film yang lugas, tegas, dan apa adanya membuat film ini mendapat apresiasi yang besar. Film ini langsung merebut tiga dari lima kategori penghargaan pada Eagle Awards 2006: Film terbaik, film dengan sinematografi terbaik, dan film favorit pemirsa MetroTV.

Dampak

Setelah memenangkan Eagle Awards 2006, film Suster Apung dan protagonisnya mendapatkan apresiasi yang besar di Indonesia. Suster Apung seolah membangunkan masyarakat Indonesia dari khayalan tentang negeri “zamrud khatulistiwa” dengan memperlihatkan bagaimana kondisi pelayanan kesehatan di pulau-pulau terpencil yang selama ini tidak pernah diperhatikan dan nyaris terlupakan. Namun di saat yang sama, film Suster Apung juga memperlihatkan bahwa masih ada sosok Rabiah yang rela memilih bertugas di pulau-pulau terpencil tersebut demi memberi pelayanan kesehatan di sana dan bekerja dengan tulus.

Rabiah pun mendapat banyak penghargaan. Rabiah diundang untuk talkshow di program KickAndy dan di sana akhirnya Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla, menghadiahkan sebuah kapal. Sejak itu hampir semua media meliput berita tentang Rabiah dan menganugerahi penghargaan. Rabiah menjadi salah satu hero di KickAndy Heroes, Majalah TEMPO juga memasukkan Rabiah di salah satu Pahlawan Masa Kini versi mereka, dan masih banyak penghargaan yang lainnya.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia juga akhirnya memberikan penghargaan dan mengundang Rabiah dan Arfan untuk berdialog tentang pelayanan kesehatan di pulau-pulau terpencil. Salah satu hal yang dibicarakan adalah tentang regulasi kewenangan dokter dan tenaga medis lainnya, bahwa tenaga medis seperti Rabiah yang bertugas di pulau-pulau terpencil dapat melakukan tindakan medis yang diperlukan demi menyelamatkan pasien walaupun di luar kewenangannya.

Selain Menteri Kesehatan, Menteri Pemberdayaan Perempuan pun memberi penghargaan sebagai Kartini Masa Kini. Beberapa pihak swasta pun mencoba mengajak Rabiah dan Arfan berdiskusi tentang apa yang dapat mereka bantu. Pihak perbankan memberikan beberapa bantuan dana ke Rabiah, salah satu produsen susu bayi pun memberikan bantuan susu untuk dibagikan ke pulau-pulau, juga beberapa perusahaan menjadikan Rabiah sebagai ikon pengabdi yang bekerja dengan ikhlas.

Namun besarnya animo masyarakat membicarakan tokoh Suster Apung dan isu pelayanan kesehatan di pulau-pulau terpencil, sempat dimanfaatkan oleh politikus-politikus yang akan bertikai di Pemilihan Presiden 2009. Rabiah yang saat itu baru saja selesai menjadi tamu KickAndy Off Air di Universitas Hasanuddin Makassar, tiba-tiba meminta izin ke Arfan untuk terbang ke Bali untuk syuting “iklan layanan masyarakat.” Tidak ada yang menyangka bahwa produksi itu adalah iklan politik salah satu politikus yang ingin maju sebagai kandidat pada Pemilu 2009. Rabiah berpikir bahwa “iklan layanan masyarakat” adalah iklan promosi kesehatan seperti yang biasa ia lihat di televisi. Karena itulah, Arfan dan Rabiah akhirnya memutuskan untuk melakukan konferensi pers pada tanggal 15 Agustus 2008 untuk menyatakan bahwa Rabiah tidak tahu menahu soal peran dia dan tujuan iklan politik itu dibuat. Rabiah pun meminta agar iklan tersebut dihentikan karena tidak ingin dikaitkan dengan aktivitas politik saat itu.

Kini lebih dari satu dekade film dokumenter Suster Apung, sudah beberapa perubahan yang terlihat, baik dari segi pelayanan kesehatan, sarana transportasi, dan komunikasi. Namun, bukan berarti semua bisa terselesaikan dengan sempurna. Saat ini Arfan baru saja menerbitkan novel Suster Apung untuk mendapat inspirasi bagaimana suka duka berpuluh tahun bekerja di kepulauan terpencil. Saat ini pula Arfan sedang memproduksi film dokumenter yang bercerita tentang Rabiah dan anak perempuannya, Mimi. Selain akan memperlihatkan bagaimana kondisi pelayanan kesehatan di pulau-pulau terpencil saat ini, film ini akan lebih memperlihatkan bagaimana satu keluarga yang rela bekerja di pulau-pulau terpencil.

Memahami dan Menilai Risiko Inisiatif Anda

Langkah pertama dalam Manajemen Risiko adalah memahami risiko dalam pembuatan inisiatif Anda. Berikut adalah beberapa risiko yang mungkin terjadi ketika Anda terlalu terbuka atau tidak cukup terbuka tentang inisiatif Anda:

  • Mengungkap cerita dan perspektif dari mereka yang terpinggirkan atau tersembunyi dapat mengubah dinamika kekuasaan di dalam komunitas dan masyarakat.
  • Bekerja dengan komunitas yang kurang terwakili dapat menyebabkan peningkatan diskriminasi dan prasangka terhadap mereka oleh kelompok yang lebih dominan.
  • Menangkap cerita dan perjuangan mereka dapat menyebabkan kembalinya trauma para penyintas dan korban pelanggaran hak asasi manusia.
  • Bekerja dengan subjek yang seharusnya tetap anonim dapat mengekspos identitas mereka dan berisiko terhadap privasi dan keamanan mereka.

Penting untuk meninjau kembali risiko-risiko ini di seluruh inisiatif Anda. Hal ini untuk menjaga penilaian Anda tetap terkini dan untuk memastikan bahwa tidak ada bahaya yang dapat menimpa Anda dan orang-orang yang terlibat.

Video Anda Apa dan siapa yang Anda tampilkan di video Anda? Isu spesifik yang Anda paparkan dan siapa yang ditampilkan di video Anda. Tergantung apa masalahnya. Untuk menentukan faktor risiko, Anda perlu tahu konteks dari isu ini.
Akankah pelaku/pelanggar/penindas ketidakadilan sosial diidentifikasi dan diberi nama dengan jelas? Ya, dinamai dengan jelas/Tidak, tidak disebutkan namanya tetapi disebut merujuk kepada siapa. Semakin Anda secara spesifik mengidentifikasi pelaku/pelanggar/penindas, maka faktor risiko makin meningkat
Apakah mereka mampu mengambil tindakan yang melawan Anda? Ya/Tidak Jika ya, maka berisiko tinggi. Jika tidak, maka risikonya lebih rendah.
Jenis tindakan seperti apa yang mereka dapat lakukan untuk melawan Anda, orang-orang di video, atau komunitas terkait? Daftarlah jenis tindakan apa yang dapat mereka lakukan untuk melawan Anda. 

Kemungkinan jawaban: tindakan hukum, pelecehan, kekerasan fisik, ancaman verbal.

Menentukan faktor risiko tergantung pada pertimbangan Anda. Semakin tindakannya adalah tindakan kekerasan fisik, semakin tinggi faktor risikonya. Semakin banyak ragam tindakan yang bisa mereka ambil, semakin tinggi risikonya.
Apakah ada kepentingan yang secara langsung berlawanan dengan apa yang Anda ungkap? Ya/Tidak Jika ya, maka berisiko tinggi. Jika tidak, maka risikonya lebih rendah.
Grup mana yang dapat mengambil tindakan perlawanan terhadap video Anda? Grup, organisasi, dan institusi di dalam atau di luar komunitas yang akan menentang video Anda dan dapat mengambil tindakan terhadap Anda. Semakin banyak daftar grup atau sektor, semakin tinggi risikonya.
Tindakan apa yang dapat mereka ambil untuk menghentikan pembuatan atau pemutaran video Anda? Sebutkan tindakan apa yang dapat mereka lakukan terhadap Anda. 

Kemungkinan jawaban: tindakan hukum, pelecehan, kekerasan fisik, ancaman verbal, memulai rumor.

Menentukan faktor risiko tergantung pada pertimbangan Anda. Semakin tindakannya adalah tindakan kekerasan fisik, semakin tinggi faktor risikonya. Semakin banyak ragam tindakan yang bisa mereka ambil, semakin tinggi risikonya.
Lokasi Anda Apakah Anda memerlukan izin untuk mengambil gambar di lokasi itu? Ya/Tidak Jika diperlukan, memiliki izin akan meminimalkan risiko. Itu mungkin juga merupakan sebuah tindakan kesopanan. Perhatikan bahwa, tergantung pada konteks budaya, apa yang tampak seperti izin untuk Anda mungkin sangat berbeda di komunitas tempat Anda bekerja. Jika Anda tidak memiliki izin, maka Anda harus mengambil langkah ekstra untuk mengelola risiko agar Anda dan tim Anda aman.
Apakah Anda memiliki kontak terpercaya di lokasi itu untuk mendampingi Anda? Ya/Tidak Memiliki kontak tepercaya di lokasi itu meminimalkan risiko, terutama jika Anda tidak memiliki izin untuk mengambil gambar di lokasi itu.
Akankah grup yang secara langsung menentang video Anda berada di lokasi itu? Ya/Tidak Memiliki grup yang terkena dampak negatif oleh inisiatif Video for Change Anda di lokasi akan meningkatkan risiko.
Subjeknya Apa risiko yang mereka hadapi? Sebutkan risiko yang dihadapi subjek video Anda sebagai akibat dari persoalan yang diangkat oleh video Anda. Semakin banyak risiko yang dapat Anda daftar, semakin tinggi faktor risiko. Libatkan mereka dalam mengidentifikasi risiko yang tidak Anda sadari jika Anda bukan bagian dari kelompok atau komunitas tersebut.
Apakah mereka masih memiliki kontak dengan pelaku/pelanggar/penindas dalam video Anda? Ya/Tidak Jika mereka masih memiliki kontak, maka risikonya akan lebih tinggi.
Bahaya apa yang akan menimpa jika kelompok yang menentang video Anda melihat mereka di video? Daftarlah kemungkinan terjadinya dampak negatif dari kelompok lawan yang melihat subjek dalam video. 

Kemungkinan jawaban: tindakan hukum, pelecehan, kekerasan fisik, ancaman verbal, rumor.

Menentukan faktor risiko tergantung pada pertimbangan Anda. Semakin tindakannya adalah tindakan kekerasan fisik, semakin tinggi faktor risikonya. Semakin banyak ragam tindakan yang bisa mereka ambil, semakin tinggi risikonya.
Apakah subjek dalam video Anda adalah aktivis dalam masalah yang Anda tangani? Ya/Tidak Jika mereka sudah menjadi aktivis, mereka mungkin lebih sadar akan risiko yang melekat dalam persoalan ini, dan karena itu faktor risiko mungkin rendah untuk inisiatif yang Anda lakukan.
Audiens Anda Bagaimana Anda menyajikan video ke audiens Anda? Buat daftar tentang cara Anda akan mendistribusikan video Anda. 

Kemungkinan jawaban adalah: pemutaran privat, pemutaran publik, distribusi online, dan media sosial.

Buat daftar sebanyak mungkin. 

Perhatikan bahwa semakin banyak cara Anda menyajikan video Anda, semakin video Anda akan menjadi publik — Anda harus mempertimbangkan faktor risiko untuk setiap cara.

Perhatikan bahwa publisitas tingkat tinggi juga dapat membantu melindungi Anda.

Apakah berbagai grup/orang yang bertanggung jawab atas ketidakadilan sosial yang diangkat dalam video Anda dapat menonton video Anda? Ya/Tidak Jika kemungkinan besar mereka akan melihat video, maka faktor risiko meningkat.
Tindakan apa yang dapat mereka lakukan untuk menentang Anda, tim Anda, dan orang-orang dalam video Anda? Daftarlah kemungkinan terjadinya dampak negatif dari kelompok lawan yang melihat subjek dalam video. 

Kemungkinan jawaban: tindakan hukum, pelecehan, kekerasan fisik, ancaman verbal, rumor.

Semakin banyak tindakan yang dapat mereka lakukan, semakin tinggi faktor risikonya.

Mengambil Tindakan

Anda dapat memiliki opsi berbeda dalam menangani risiko yang Anda identifikasi, dan jika orang lain berbagi risiko, Anda harus melibatkan mereka dalam mengatasinya:

  • Anda menerima risiko karena konsekuensinya minimal.
  • Anda dapat menerima risikonya meskipun itu hebat, karena Anda memutuskan bahwa mengejar isu itu lebih penting.
  • Anda dapat mengurangi risiko dengan mengatasi ancaman, kerentanan, dan kapasitas.
  • Anda dapat berbagi risiko dengan bekerja dengan orang lain di komunitas yang mendukung inisiatif Anda.
  • Anda dapat memilih untuk menghindari risiko dengan menghentikan aktivitas atau mengubah pendekatannya untuk mengurangi potensi ancaman.
  • Menentukan risiko, akan tergantung pada konteks inisiatif Anda. Begitu juga opsi untuk mengatasinya.

Strategi Anda juga akan berubah seiring berjalannya waktu. Jadi, penting untuk menilai risiko secara konsisten selama durasi inisiatif Anda. Cerita dampak dari B’Tselem (Israel) ini mengilustrasikan kesulitan yang dapat Anda perkirakan saat melakukan asesmen risiko di lingkungan yang bergejolak.

Cerita Dampak: Proyek Kamera B’Tselem

Sebuah cerita tentang dampak positif dan negatif dari sebuah video kesaksian tentang tindakan kekerasan yang dilakukan oleh tentara Israel. Video ini diproduksi melalui sebuah project bernama B’Tselem’s Camera Project.

Judul: B’Tselem dan Dampak video di lingkungan yang bergejolak

Tahun: 2016

Lokasi: Israel, wilayah pendudukan

Dibuat oleh: Salah satu peserta Proyek Kamera B’Tselem

Masalah: Hak asasi manusia, kekerasan militer

Sasaran/tujuan video: Untuk mengadili seorang tentara yang membunuh seorang aktivis Palestina.

Dampak yang dicapai: Liputan media nasional dan internasional yang berkelanjutan, pelaku diadili, videografer dan keluarganya harus bersembunyi setelah menerima ancaman pembunuhan.

Metodologi unggulan: Video Saksi, Video untuk Advokasi

Anggaran: —

Durasi video: 3 menit.

Durasi Proyek: Masih aktif setelah 12 tahun

B’Tselem, didirikan pada tahun 1989, ini adalah Pusat Informasi Israel untuk Hak Asasi Manusia di Wilayah Pendudukan. B’Tselem menggunakan dokumentasi video untuk mengekspos pelanggaran hak asasi manusia dan realitas sehari-hari di bawah pendudukan militer Israel.

Pada tahun 2007, B’Tselem memulai Proyek Kamera di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Proyek ini memberikan pelatihan hukum dan teknis kepada sukarelawan Palestina dan melengkapi mereka dengan kamera. Selama bertahun-tahun, rekaman sukarelawan telah membantu B’Tselem mengungkap kekerasan yang terjadi dibawah kontrol Israel dan mengadvokasi untuk mengakhiri pendudukan.

Latar Belakang Film

Salah satu sukarelawan, Imad Abu Shamsiyeh, tinggal di Hebron, sebuah kota Palestina di mana sekitar 800 pemukim Israel tinggal di tengah-tengah populasi Palestina. Realitas ini menciptakan gesekan yang konstan antara populasi lokal dengan pemukim Yahudi dan pasukan keamanan Israel.

Pada 24 Maret 2016, Abu Shamsiyeh mendokumentasikan seorang tentara Israel membunuh seorang warga Palestina yang melakukan serangan pisau. Dia berbaring tak berdaya di jalan selama 11 menit setelah ditembak dan dilukai oleh tentara Israel.

Setelah verifikasi bahwa rekaman itu nyata dan setelah meminta persetujuan dari sukarelawan dan anggota keluarga korban, B’Tselem mempublikasikan video, yang dengan segera menciptakan badai media baik di Israel maupun di luar negeri.

Sangat jarang ada personel pasukan keamanan Israel didakwa melakukan pelanggaran terhadap warga Palestina, tetapi potongan video tersebut membuat pihak berwenang Israel tidak memiliki pilihan lain.

Badai media berlanjut selama berbulan-bulan, sementara persidangan yang sangat tidak biasa tersebut terjadi. Tentara itu, Elor Azaria, dinyatakan bersalah melakukan pembunuhan dan dijatuhi hukuman 18 bulan penjara. Dia dibebaskan setelah dipenjara selama sembilan bulan.

Risiko dan Dampak

Konsekuensi juga terjadi pada Abu Shamsiyeh. Dia dan keluarganya menderita karena kekerasan dan pelecehan, fakta kehidupan yang umum di pusat kota tua Hebron. Setelah merekam video viral, Abu Shamsiyeh menerima ancaman pembunuhan dengan frekuensi yang semakin meningkat.

Ketika ia mencoba untuk mengajukan keluhan dengan petugas polisi Israel di Hebron, para petugas mengancamnya dengan penangkapan. B’Tselem harus untuk sementara waktu memindahkan Abu Shamsiyeh dan keluarganya ke daerah yang berbeda pada saat-saat ketika ketegangan sangat tinggi.

Wacana di Israel tentang persidangan, di mana sebagian besar populasi bersimpati dengan penembak, memperkuat kecenderungan yang ada dalam politik Israel untuk menganiaya kelompok hak asasi manusia dan aktivis.

B’Tselem telah dituduh melakukan provokasi, dengan beberapa politisi mengklaim mereka sengaja membuat insiden untuk memfilmkannya.

Rancangan undang-undang baru-baru ini diperkenalkan, berusaha untuk melarang dokumentasi pasukan keamanan Israel sama sekali. Apakah rancangan undang-undang akan diperkenalkan secara formal masih harus dilihat, tetapi proposal tersebut merupakan bukti efektivitas dokumentasi video.

Perhatian internasional pada video berkontribusi pada peningkatan paparan materi lainnya oleh B’Tselem, yang juga menjelaskan rutinitas kekerasan harian dari pekerjaan tersebut. Sebelum Maret 2016 kanal YouTube B’Tselem menerima sekitar 20.000 pemirsa setiap bulan. Pada 2017, ini meningkat menjadi sekitar 500.000 pemirsa setiap bulan.

Tetapi setelah video Abu Shamsiyeh, B’Tselem menjadi semakin sadar akan pentingnya lingkungan di mana sebuah film diterbitkan.

Ehab Tarabieh, direktur departemen video B’Tselem, menjelaskan bahwa jika Anda ingin menggunakan video untuk mendokumentasikan dan mempublikasikan pelanggaran hak asasi manusia, Anda “harus memahami hukum wilayah tempat Anda bekerja.”

Dalam beberapa kasus, sistem peradilan membentuk satu-satunya cara organisasi hak asasi manusia dapat melindungi relawannya atau anggota masyarakat lainnya. Oleh karena itu hubungan dengan pengacara atau orang yang memahami hukum merupakan komponen penting dalam manajemen risiko.

Studi kasus B’Tselem ini menggambarkan bahwa lingkungan politik dan hukum dapat sangat memengaruhi dampak video dan seseorang harus siap menghadapi risiko ini. Menggunakan video juga dapat menyebabkan perubahan tak terduga di lingkungan ini, seperti potensi undang-undang baru yang melarang pembuatan film tentara Israel.

Pembuat film dan keluarganya telah kembali ke rumah dengan selamat setelah bersembunyi. Abu Shamsiyeh telah menjadi sukarelawan B’Tselem yang lebih aktif dan terus menerus untuk menangkap rekaman kehidupan di dalam Wilayah Pendudukan.

Manajemen Risiko dan Persetujuan Tindakan

Persetujuan tindakan (informed consent) adalah prinsip etika dan hukum utama untuk aktivis, jurnalis warga, dan pembuat media mana pun yang berusaha untuk menciptakan perubahan sosial positif.

Hal itu memastikan keselamatan, keamanan, serta martabat peserta dan narasumber, seperti penyintas pelanggaran hak asasi manusia atau mereka yang menderita akibat ketidakadilan sosial, agar mereka tidak mengalami pelecehan atau pelanggaran lebih lanjut atau ujungnya, kembali menjadi korban.

Kami sangat berfokus pada persetujuan tindakan karena itu merupakan elemen penting. Kami menekankan pada ide tentang persetujuan tindakan yang bukan tentang dokumen atau penandatanganan dokumen, tetapi tentang pemahaman seseorang terhadap risiko dan keuntungan dari munculnya mereka di video dan membuat keputusan yang terdidik tentang pengambilan tindakan tersebut dan perlindungan apa yang mereka butuhkan (misalnya, mengaburkan wajah seseorang, tidak mengidentifikasi nama). Di dunia digital, gambar atau kata-kata milik siapa pun dapat disalin, dibagikan, dan dilihat. Titik mulai yang baik adalah dari ‘contoh kasus terburuk’ tentang siapa yang akan melihat video tersebut — yang cukup mungkin terjadi jika gambar-gambar yang ada memiliki jangkauan dan dampak — lalu mendiskusikan persetujuan dan proteksi atas dasar ini
Sam Gregory,

WITNESS

Penting untuk melakukan penilaian risiko dari inisiatif Video for Change Anda, sehingga Anda dapat menginformasikan dengan jelas kepada orang-orang yang muncul di video (atau di kreditnya) tentang kemungkinan adanya konsekuensi dari partisipasi mereka.

Apa arti Persetujuan Tindakan?

Persetujuan tindakan adalah suatu proses untuk memastikan bahwa seseorang yang teridentifikasi di dalam sebuah video sepenuhnya memahami tujuan dan penggunaan dari rekaman tersebut, serta konsekuensi apa pun, yang disengaja maupun tidak, dari partisipasi mereka.

Dengan informasi ini, orang tersebut haruslah secara sukarela dan tanpa paksaan dari luar memberikan izinnya untuk dapat dikenali dan untuk penggunaan rekaman tersebut. Keputusan ini dapat bersifat sementara. Seseorang yang memberikan persetujuannya dapat saja membatalkan keputusannya karena peningkatan risiko keamanan. Faktanya, keputusan seseorang yang berkaitan dengan persetujuan dapat berubah seiring waktu, dan sangatlah penting untuk menghormati ini.

Ada empat elemen penting dalam persetujuan tindakan:

Pengungkapan — Penggunaan dan tujuan wawancara atau pengambilan gambar harus dijelaskan sepenuhnya. Ini membantu melindungi keselamatan orang yang diwawancarai dan menjaga hubungan yang jujur antara pewawancara dan narasumbernya.

Kesukarelaan — Orang yang diwawancarai harus secara sukarela memberikan izin mereka agar wawancara tersebut dapat digunakan dan menyatakan apakah ia bersedia diidentifikasi namanya.

Pemahaman — Orang yang diwawancarai, subjek atau peserta harus sepenuhnya memahami akibat dari wawancara dan distribusi isinya. Termasuk konsekuensi yang mungkin muncul dari distribusi online. Mereka memiliki hak untuk mencabut izin mereka untuk penggunaan rekaman di masa yang akan datang — namun, pastikan mereka mengerti bahwa tidak mungkin menghapus materi secara permanen dari internet. Berikan contoh skenario terburuk.

Kompetensi — Orang yang diwawancarai harus mampu memahami akibat yang wajar atau mungkin dari partisipasinya. Ini adalah masalah yang sangat penting bagi kelompok khusus (misalnya anak-anak, orang-orang dengan disabilitas mental, orang-orang yang telah menderita trauma signifikan baru-baru ini).

Pertanyaan yang perlu dipertimbangkan ketika merencanakan persetujuan tindakan:

  • Apakah individu yang berpartisipasi dapat memberikan persetujuan tindakan? Apakah ada hambatan untuk menyetujui seperti usia atau kompetensi?
  • Jika demikian, sudahkah individu yang berpartisipasi memberikan persetujuan tindakan?
  • Apakah dia telah menandatangani formulir persetujuan? Atau jika tidak menggunakan formulir persetujuan, adakah catatan atau bukti persetujuan lainnya?
  • Akankah tujuan, proses, dan hasil inisiatif ini berubah seiring waktu? Jika ya, apakah akan ada kebutuhan untuk meminta persetujuan lagi?
  • Apakah individu tersebut mengerti bahwa ia dapat diidentifikasi?
  • Apakah individu tersebut memahami bahwa persetujuannya berarti gambar mereka dapat ditampilkan kepada publik dalam format dan ranah yang berbeda?

Studi Kasus: Mary bertemu Dorothy

Wawancara antara dua perempuan dari dua suku yang berbeda di Kenya. Mereka berdua adalah korban dari tindakan kekerasan ekstrem yang dilakukan oleh anggota lain dari suku yang berlawanan.

Judul: Mary meets Dorothy (Mary bertemu Dorothy)

Tahun: 2010

Lokasi: Naivasha, Kenya

Dibuat oleh: InformAction

Masalah: Perempuan penyintas dari berbagai suku bertemu dan berbagi kisah mereka tentang kekerasan ekstrem yang terjadi di Kenya setelah pemilu 2008.

Sasaran/tujuan video: Membangkitkan kesadaran akan kekerasan yang tidak perlu yang dikenakan pada wanita dari berbagai suku di Kenya.

Dampak yang tercapai: Banyak pemutaran film yang memicu diskusi di seluruh komunitas tentang kekerasan yang tidak perlu. Perempuan dalam video menjadi agen perubahan aktif, berbicara secara terbuka tentang masalah ini.

Metodologi unggulan: Video untuk advokasi, Wawancara.

Anggaran: —

Durasi video: 3 menit

Durasi proyek: 6 bulan

Dalam wawancara ini, kita dihadapkan pada kisah Mary dan Dorothy, dua wanita korban kekerasan ekstrim yang terjadi antara berbagai kelompok etnik di Kenya, tak lama setelah pemilihan tahun 2008. Penonton video ini belajar tentang kekejaman yang dialami Mary dan Dorothy dan kekuatan batin luar biasa yang dimiliki para wanita ini. Anggota dari suku mereka masing-masing turut bertanggung jawab atas terjadinya kekerasan tersebut.

Penataan dan perekaman wawancara sensitif seperti ini membutuhkan banyak persiapan. Mary dan Dorothy diberi pengarahan dan informasi sebelumnya, dan kedua wanita itu secara sadar memutuskan untuk berpartisipasi dalam pembuatan film dan pemutaran video mereka di komunitas sesudahnya.

Video ini, yang dibuat InformAction, salah satu anggota Video4Change Network, adalah satu contoh baik tentang pentingnya memperoleh persetujuan tindakan dari peserta. Contoh ini juga menunjukkan, bahwa dengan memperoleh persetujuan tindakan dari orang yang terlibat dalam video Anda, mereka dapat berpartisipasi secara lebih aktif. Inilah sebabnya inisiatif Video for Change secara aktif berusaha mendapatkan persetujuan tindakan dari pesertanya.

Referensi